Jurnalis Liput Demo Jadi Korban, Kapolri Diminta Copot Kapolda |
Goodispost.go.id - Jakarta : Jurnalis di Jambi dan Maluku Utara menjadi korban kekerasan saat meliput unjuk rasa penolakan bahan bakar minyak (BBM) berlangsung Senin kemarin. Menyusul kejadian ini, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo pun diminta untuk mencopot Kapolda Jambi Brigjen Pol Satriya Prasetya dan Kapolda Malut Brigjen Pol Machfud Arifin.
"Kami telah menyampaikan pada Kapolri, agar Kapolda Jambi dan Kapolda Maluku Utara dicopot," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane dalam konferensi pers di Kafe Penus, Jakarta, Senin (17/6/2013) malam.
Dia menjelaskan, posisi wartawan sama dengan polisi. Wartawan yang bertugas juga dilindungi undang-undang. "Karena itu polisi seharusnya bertindak hati-hati dan melaksanakan tugas sesuai prosedur yang berlaku," ujarnya.
Neta menilai, aparat kepolisian di dua daerah itu tidak menjalankan standar operating procedure (SOP) dengan baik saat menangani aksi unjuk rasa penolakan BBM. Sesuai prosedur, penanganan unjuk rasa seharusnya dilakukan bertahap, mulai dari proses negosiasi, menurunkan pasukan bertameng, water canon, gas air mata, lalu peluru karet.
"Tapi polisi langsung hajar dengan peluru karet," ucap Neta.
Dari data yang dikumpulkan IPW, aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM dilakukan secara serentak di 45 wilayah. Sebagian besar aksi ini diwarnai bentrok mulai skala kecil, sedang, dan besar. IPW mencatat ada 55 mahasiswa luka yang 10 di antaranya mendapat luka tembak. Selain itu, 15 mahasiswa lainnya ditahan karena dianggap sebagai provokator.