Budaya Unik, Karapan Ayam di Desa Mantar Sumbawa |
Konon, nenek moyang warga Mantar adalah bangsa Portugis. Pada tahun 1814 kapal mereka terdampar di pesisir pantai di bawah bukit Mantar. Mereka yang selamat naik ke puncak bukit, dan sejak saat itu menetap disana. tradisi balap ayam yang sudah berlangsung turun-temurun sejak jaman leluhurnya.
Ayam -ayam dihias sedemikian rupa, hiasan itu namanya “JAMBO,” tanda kalo dia adalah ayam pembalap. Fungsinya untuk memasang “NOGA”, alat yang terbuat dari rotan berukuran 50-60 cm untuk menyatukan dua ekor ayam. Selain noga dan jambo, ada satu alat lagi yang dipake buat karapan ayam: “LUTAR.” Lutar ini terbuat dari rotan juga dengan ujung yang dibelah dan dikasih rumbai-rumbai dari plastik, fungsinya buat ngarahin arah lari si ayam.
Cara mainnya sederhana. Kedua ekor ayam yang udah pasti gak sepikiran itu digiring menuju garis finish yang sudah ditancepin sebuah patok kayu setinggi 20-30 cm, namanya “SAKA.” Noga, rotan penghubung kedua ayam itu, harus mengenai saka tersebut. Kalo gak kena, berarti kalah. Kejar-kejaran sama ayam ini yang lucu, kadang bisa sampe jungkir balik gara-gara kepeleset. Kasian sama ayamnya, dipaksa untuk seiring sejalan padahal mereka dua-duanya jantan.
Ayam-ayam pembalap ini perawatannya juga spesial. Mereka dilatih secara khusus, baik fisik maupun mental. Selain latian fisik mental, mereka juga latian keseimbangan dan latian sprint. Nah, sehari sebelum bertanding, biasanya ada ritual tertentu yang dilakukan para pemilik ayam ini. Mereka dimandikan sambil dimanterai.. Masing-masing pemilik ayam juga punya ramuan rahasia untuk meningkatkan kesaktian si ayam, bentuknya bisa pil atau minyak ajaib. Yang paling keren,, ayam ini diajak ngobrol dari hati ke hati oleh pemiliknya. Kebayang gak dialognya gan?
Lihat juga artikel Obat Perangsang Wanita dan Batikpoker.com judi poker online uang asli indonesia